Sebenernya ni diambil dari sini. Ok mudah"an bermanfaat.
*) Jangan Buru-buru Transfusi Darah
Demam berdarah memang bisa menjadi penyakit mematikan bila tidak ditangani
secara serius. Namun, penanganannya tidak selalu dengan transfusi. Dalam banyak
kasus, banyak minum atau infus saja bisa menyelamatkan pasien.
Hampir setiap tahun, ketika musim hujan berlangsung, selalu saja terjadi wabah
demam berdarah dengue (DBD). Kalau sudah begini orang mulai panik melakukan
pencegahan. Yang telanjur terjangkit pun mulai resah. Yang terbayang, harus
menjalani transfusi darah dengan berbagai risiko yang mungkin muncul. Yang
celaka bila dokter yang menangani masih "fresh from the campus". Tak jarang,
dengan entengnya, dia meminta dilakukan transfusi darah. Keluarga pasien pun
kalang kabut.
Padahal, demam berdarah tak selalu memerlukan tindakan transfusi darah. Dalam
banyak kasus, demam berdarah cukup ditangani dengan pemberian cairan infus.
Transfusi darah hanya dilakukan pada kondisi khusus.
Jumlah trombosit cepat normal
*
Seseorang yang menderita demam berdarah mengalami perubahan dalam
permiabilitas pembuluh darah. Dinding pembuluh darah penderita menjadi mudah
ditembus cairan tubuh.
Akibatnya, air dari pembuluh darah akan masuk ke dalam jaringan. Pembuluh darah
pun menjadi kekurangan cairan dan oksigen. Bila berlanjut penderita bisa
mengalami shock, yang bisa menggiring pasien ke arah kematian.
Dalam kasus ini, mengatasinya bukan dengan transfusi darah atau komponen darah,
khususnya trombosit. Pasien cuma mengalami kekurangan cairan, sehingga
penanganannya ya dengan memberikan infus cairan elektrolit.
Cairan ini berfungsi untuk mengencerkan darah sehingga darah tidak pekat dan
oksigen mudah dialirkan. Komponen darah yang bertugas mengalirkan oksigen itu
adalah eritrosit (sel darah merah). Sementara trombosit sebagai pencegah
perdarahan, leukosit (sel darah putih) untuk pertahanan hidup, dan plasma darah
untuk pembekuan darah.
Demam berdarah juga bisa meyebabkan penurunan jumlah trombosit dalam darah.
Penurunan trombosit ini biasanya terjadi pada hari keempat sampai kelima.
Penurunan berlangsung selama 3-4 hari. Namun, jumlah trombosit akan meningkat
kembali setelah pasien diberi cairan dalam jumlah cukup. Dan setelah sembuh,
jumlah trombosit darah bisa normal kembali dengan cepat. Dengan demikian
transfusi trombosit tidak diperlukan.
Selain itu, transfusi trombosit mengundang risiko cukup tinggi. Selain
memerlukan biaya cukup mahal, ada kemungkinan pasien akan mengalami infeksi
berbagai virus, terutama bila (komponen) darah tidak melalui proses screening.
Lama-lama pasien pun bisa imun terhadap trombosit.
Atas dasar itulah, ketika demam berdarah mewabah pada tahun 1998, RSCM
menerapkan kebijakan tidak memberikan trombosit pada pasien yang kondisinya
"baik", yakni tidak terjadi perdarahan; yang dimaksud, adanya bercak-bercak
merah di bawah kulit dan bila ditekan tidak menghilang. Transfusi trombosit
hanya diberikan bila jumlah trombosit sangat rendah disertai dengan perdarahan.
Ketika itu, tindakan transfusi darah di RSCM hampir nihil. Sampai April 1998
minggu kedua jumlah penderita demam berdarah yang masuk ke RSCM sudah mencapai
354 orang. Mereka tidak diberi transfusi darah berupa penambahan trombosit.
Mereka cuma mendapatkan infus cairan elektrolit. Hasilnya, mereka berhasil
sembuh. Cuma seorang pasien yang meninggal dunia. Itu pun lantaran si pasien
juga penderita diabetes.
Risiko yang muncul dari penurunan trombosit memang tergantung pada tingkat
keparahan penurunannya. Bila jumlah trombositnya kurang dari 60.000, pasien
mempunyai risiko terjadinya perdarahan. Kurang dari 20.000 risikonya berupa
perdarahan tiba-tiba. Lebih rendah dari 5.000 risikonya paling tinggi, yakni
perdarahan otak.
Fungsi trombosit di dalam tubuh sangat penting, yakni menghentikan perdarahan
akibat pecahnya pembuluh kapiler. Dan perdarahan ini hanya dialami oleh
penderita yang mukosanya sudah terbuka. Umpamanya pada orang yang mengalami
tukak lambung.
Minum sebanyak-banyaknya
Pada akhir dekade 1970-an dan awal dekade 1980-an penyakit yang disebabkan
virus dengue ini banyak menjangkiti anak-anak. Meskipun begitu ada juga bayi
berusia kurang dari 1 tahun terserang penyakit ini.
Bayi berumur kurang dari 6 bulan umumnya amat jarang terserang DBD. Namun, pada
akhir dekade 1990-an orang dewasa pun bisa terjangkiti. Penderita dewasa
berusia 15-40 tahun ini mencapai 30-40%.
Bila virus dengue sudah menyusup ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes
aegypti, gejala demam berdarah pun segera muncul. Namun, gejala awalnya mirip
penyakit lain, sehingga dokter pun tak bisa memastikannya.
Pada hari sakit kesatu - ketiga, demam tinggi mendadak, tidak pilek atau batuk,
muka kemerahan, lesu dan lemah, tidak nafsu makan, mual dan muntah, dapat
disertai mencret, kejang, nyeri otot, pegal-pegal, serta nyeri perut. Pada hari
sakit ketiga-kelima, demam turun tapi penderita tetap lemah. Hari sakit keenam
merupakan fase penyembuhan, demam menghilang, tidak ada perdarahan baru, timbul
nafsu makan, dan sembuh dari gejala sisa.
Pada saat gejala awal muncul, penderita harus minum sebanyak-banyaknya (ini
berlaku untuk sakit apa pun). Dia mesti minum obat penurun panas, kompres
hangat, minum obat anti kejang bila ada riwayat kejang.
Penderita demam berdarah tidak mesti harus dibawa ke dokter. Yang perlu
dilakukan keluarga pasien adalah tidak terburu-buru panik, apalagi langsung
memeriksakan darah pasien tanpa referensi dokter.
Sebaiknya dia diperiksa apakah demamnya benar-benar sangat tinggi? Apakah
penderita tidak dapat atau tidak mau minum? Apakah terus menerus muntah? Apakah
timbul gejala shock? Apakah timbul perdarahan? Jika semua pertanyaan tadi
jawabannya ya, pasien perlu segera dibawa ke dokter. Setelah melalui
pemeriksaan darah atas permintaan dokter, apakah hasilnya menunjukkan
peningkatan kekentalan darah dan penurunan trombosit darah secara signifikan?
Kalau pertanyaan terakhir jawabnya ya, pasien perlu dibawa ke rumah sakit.
Serangan kedua lebih berbahaya
*
Ada dua virus penyebab demam berdarah, yakni dengue dan chikungunya.
Namun, virus dengue menjadi penyebab terpenting demam berdarah.
Makanya, penyakit yang disebabkannya disebut demam berdarah dengue. Yang
diserang virus ini adalah sel, kemungkinan sel trombosit. Tapi, kemungkinannya
bisa juga menyerang sel lain.
Masa inkubasinya dua minggu. Begitu gejala DBD muncul, sampai tiga hari
timbulnya gejala itu virusnya masih hidup. Setelah itu, mereka akan mati.
Virus dengue sendiri terbagi atas empat tipe, yakni dengue 1, 2, 3, dan 4. Tipe
virus bisa berbeda-beda untuk setiap negara. Di Indonesia misalnya, terdapat
virus dengue tipe 2 dan 3.
Serangan virus dengue kedua akan lebih berbahaya dibandingkan serangan pertama.
Pasalnya, serangan kedua bisa menimbulkan reaksi hematologi (perdarahan)
berlebihan. Sebaliknya, pasien, terutama anak, yang terkena serangan pertama
cuma mengalami demam dengue klasik.
Memang sangat sulit membedakan si penyebar virus dengue, nyamuk aedes aegypti,
dari nyamuk lainnya. Yang terbaik agar terhindar dari demam berdarah adalah
"jangan sampai digigit nyamuk".
Ini sekadar semboyan. Yang penting adalah tidak memberi peluang bagi
terbentuknya habitat nyamuk. Rajin-rajinlah membersihkan lingkungan, tidak
membiarkan genangan air, atau mengganti secara berkala air yang terus
menggenang. Pokoknya seperti "3M" yang diserukan di iklan obat nyamuk itu.
Pengasapan, penaburan bubuk abate, dan lain-lain hanya salah satu kit tambahan
(bukan utama), karena yang terutama adalah cara hidup bersih kita. (intisari)
*) Jangan Buru-buru Transfusi Darah
Demam berdarah memang bisa menjadi penyakit mematikan bila tidak ditangani
secara serius. Namun, penanganannya tidak selalu dengan transfusi. Dalam banyak
kasus, banyak minum atau infus saja bisa menyelamatkan pasien.
Hampir setiap tahun, ketika musim hujan berlangsung, selalu saja terjadi wabah
demam berdarah dengue (DBD). Kalau sudah begini orang mulai panik melakukan
pencegahan. Yang telanjur terjangkit pun mulai resah. Yang terbayang, harus
menjalani transfusi darah dengan berbagai risiko yang mungkin muncul. Yang
celaka bila dokter yang menangani masih "fresh from the campus". Tak jarang,
dengan entengnya, dia meminta dilakukan transfusi darah. Keluarga pasien pun
kalang kabut.
Padahal, demam berdarah tak selalu memerlukan tindakan transfusi darah. Dalam
banyak kasus, demam berdarah cukup ditangani dengan pemberian cairan infus.
Transfusi darah hanya dilakukan pada kondisi khusus.
Jumlah trombosit cepat normal
*
Seseorang yang menderita demam berdarah mengalami perubahan dalam
permiabilitas pembuluh darah. Dinding pembuluh darah penderita menjadi mudah
ditembus cairan tubuh.
Akibatnya, air dari pembuluh darah akan masuk ke dalam jaringan. Pembuluh darah
pun menjadi kekurangan cairan dan oksigen. Bila berlanjut penderita bisa
mengalami shock, yang bisa menggiring pasien ke arah kematian.
Dalam kasus ini, mengatasinya bukan dengan transfusi darah atau komponen darah,
khususnya trombosit. Pasien cuma mengalami kekurangan cairan, sehingga
penanganannya ya dengan memberikan infus cairan elektrolit.
Cairan ini berfungsi untuk mengencerkan darah sehingga darah tidak pekat dan
oksigen mudah dialirkan. Komponen darah yang bertugas mengalirkan oksigen itu
adalah eritrosit (sel darah merah). Sementara trombosit sebagai pencegah
perdarahan, leukosit (sel darah putih) untuk pertahanan hidup, dan plasma darah
untuk pembekuan darah.
Demam berdarah juga bisa meyebabkan penurunan jumlah trombosit dalam darah.
Penurunan trombosit ini biasanya terjadi pada hari keempat sampai kelima.
Penurunan berlangsung selama 3-4 hari. Namun, jumlah trombosit akan meningkat
kembali setelah pasien diberi cairan dalam jumlah cukup. Dan setelah sembuh,
jumlah trombosit darah bisa normal kembali dengan cepat. Dengan demikian
transfusi trombosit tidak diperlukan.
Selain itu, transfusi trombosit mengundang risiko cukup tinggi. Selain
memerlukan biaya cukup mahal, ada kemungkinan pasien akan mengalami infeksi
berbagai virus, terutama bila (komponen) darah tidak melalui proses screening.
Lama-lama pasien pun bisa imun terhadap trombosit.
Atas dasar itulah, ketika demam berdarah mewabah pada tahun 1998, RSCM
menerapkan kebijakan tidak memberikan trombosit pada pasien yang kondisinya
"baik", yakni tidak terjadi perdarahan; yang dimaksud, adanya bercak-bercak
merah di bawah kulit dan bila ditekan tidak menghilang. Transfusi trombosit
hanya diberikan bila jumlah trombosit sangat rendah disertai dengan perdarahan.
Ketika itu, tindakan transfusi darah di RSCM hampir nihil. Sampai April 1998
minggu kedua jumlah penderita demam berdarah yang masuk ke RSCM sudah mencapai
354 orang. Mereka tidak diberi transfusi darah berupa penambahan trombosit.
Mereka cuma mendapatkan infus cairan elektrolit. Hasilnya, mereka berhasil
sembuh. Cuma seorang pasien yang meninggal dunia. Itu pun lantaran si pasien
juga penderita diabetes.
Risiko yang muncul dari penurunan trombosit memang tergantung pada tingkat
keparahan penurunannya. Bila jumlah trombositnya kurang dari 60.000, pasien
mempunyai risiko terjadinya perdarahan. Kurang dari 20.000 risikonya berupa
perdarahan tiba-tiba. Lebih rendah dari 5.000 risikonya paling tinggi, yakni
perdarahan otak.
Fungsi trombosit di dalam tubuh sangat penting, yakni menghentikan perdarahan
akibat pecahnya pembuluh kapiler. Dan perdarahan ini hanya dialami oleh
penderita yang mukosanya sudah terbuka. Umpamanya pada orang yang mengalami
tukak lambung.
Minum sebanyak-banyaknya
Pada akhir dekade 1970-an dan awal dekade 1980-an penyakit yang disebabkan
virus dengue ini banyak menjangkiti anak-anak. Meskipun begitu ada juga bayi
berusia kurang dari 1 tahun terserang penyakit ini.
Bayi berumur kurang dari 6 bulan umumnya amat jarang terserang DBD. Namun, pada
akhir dekade 1990-an orang dewasa pun bisa terjangkiti. Penderita dewasa
berusia 15-40 tahun ini mencapai 30-40%.
Bila virus dengue sudah menyusup ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes
aegypti, gejala demam berdarah pun segera muncul. Namun, gejala awalnya mirip
penyakit lain, sehingga dokter pun tak bisa memastikannya.
Pada hari sakit kesatu - ketiga, demam tinggi mendadak, tidak pilek atau batuk,
muka kemerahan, lesu dan lemah, tidak nafsu makan, mual dan muntah, dapat
disertai mencret, kejang, nyeri otot, pegal-pegal, serta nyeri perut. Pada hari
sakit ketiga-kelima, demam turun tapi penderita tetap lemah. Hari sakit keenam
merupakan fase penyembuhan, demam menghilang, tidak ada perdarahan baru, timbul
nafsu makan, dan sembuh dari gejala sisa.
Pada saat gejala awal muncul, penderita harus minum sebanyak-banyaknya (ini
berlaku untuk sakit apa pun). Dia mesti minum obat penurun panas, kompres
hangat, minum obat anti kejang bila ada riwayat kejang.
Penderita demam berdarah tidak mesti harus dibawa ke dokter. Yang perlu
dilakukan keluarga pasien adalah tidak terburu-buru panik, apalagi langsung
memeriksakan darah pasien tanpa referensi dokter.
Sebaiknya dia diperiksa apakah demamnya benar-benar sangat tinggi? Apakah
penderita tidak dapat atau tidak mau minum? Apakah terus menerus muntah? Apakah
timbul gejala shock? Apakah timbul perdarahan? Jika semua pertanyaan tadi
jawabannya ya, pasien perlu segera dibawa ke dokter. Setelah melalui
pemeriksaan darah atas permintaan dokter, apakah hasilnya menunjukkan
peningkatan kekentalan darah dan penurunan trombosit darah secara signifikan?
Kalau pertanyaan terakhir jawabnya ya, pasien perlu dibawa ke rumah sakit.
Serangan kedua lebih berbahaya
*
Ada dua virus penyebab demam berdarah, yakni dengue dan chikungunya.
Namun, virus dengue menjadi penyebab terpenting demam berdarah.
Makanya, penyakit yang disebabkannya disebut demam berdarah dengue. Yang
diserang virus ini adalah sel, kemungkinan sel trombosit. Tapi, kemungkinannya
bisa juga menyerang sel lain.
Masa inkubasinya dua minggu. Begitu gejala DBD muncul, sampai tiga hari
timbulnya gejala itu virusnya masih hidup. Setelah itu, mereka akan mati.
Virus dengue sendiri terbagi atas empat tipe, yakni dengue 1, 2, 3, dan 4. Tipe
virus bisa berbeda-beda untuk setiap negara. Di Indonesia misalnya, terdapat
virus dengue tipe 2 dan 3.
Serangan virus dengue kedua akan lebih berbahaya dibandingkan serangan pertama.
Pasalnya, serangan kedua bisa menimbulkan reaksi hematologi (perdarahan)
berlebihan. Sebaliknya, pasien, terutama anak, yang terkena serangan pertama
cuma mengalami demam dengue klasik.
Memang sangat sulit membedakan si penyebar virus dengue, nyamuk aedes aegypti,
dari nyamuk lainnya. Yang terbaik agar terhindar dari demam berdarah adalah
"jangan sampai digigit nyamuk".
Ini sekadar semboyan. Yang penting adalah tidak memberi peluang bagi
terbentuknya habitat nyamuk. Rajin-rajinlah membersihkan lingkungan, tidak
membiarkan genangan air, atau mengganti secara berkala air yang terus
menggenang. Pokoknya seperti "3M" yang diserukan di iklan obat nyamuk itu.
Pengasapan, penaburan bubuk abate, dan lain-lain hanya salah satu kit tambahan
(bukan utama), karena yang terutama adalah cara hidup bersih kita. (intisari)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar